Select Menu

Slider

Gudang Pengetahuan. Powered by Blogger.

Stats

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Videos

» »Unlabelled » Negara Para Pembantu
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post


Apabila Negara-negara lain bangga menjadi Negara Produsen, maka Masyarakat dan para petinggi negara Indonesia bangga menjadi Negara Konsumen. Ini terbukti setelah selama 60 hari saya melakukan Roadshow keliling Sekolah-sekolah tingkat atas di Kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Riau. Saya sedang membahas mayoritas mindset warga negara Indonesia terutama yang ada di Provinsi Riau :
Anak-anak SMA di Riau, pada umumnya telah termindset bahwa seseorang akan menjadi sukses dan berhasil besar jika memiliki Gelar, minimal adalah Sarjana 1 (S1). Mereka berpikir pekerjaan yang paling banyak menghasilkan uang adalah sebagai PNS, Pekerja kantoran, atau orang yang bergaji. (bahasa kasar saya adalah menjadi babu atau pembantu).
Beberapa pembicara Talkshow dari beberapa Universitas Tinggi Indonesia yang mengadakan acara Bedah Kampus di Hotel-Hotel besar di Pekanbaru yang saya ikuti, menunjukkan KEBANGGAAN mereka setelah lulus menjadi Alumni salah satu Universitas tinggi terkenal dan termahal di Indonesia dan mampu bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai BUMN, Menteri, yang semuanya berstatus Pembantu. Bahkan sedikit-sedikit mereka menceritakan pencapaian mereka dalam membeli barang-barang mahal nan mewah bermerk Luar negeri. Seperti mampu memberikan hadiah ulang tahun keluarganya dengan kado iPad, mampu memerikan hadiah Mobil Mewah Lexus, dll, dsb. Nah ternyata semua orang memang bangga menjadi pembantu.
Beberapa orang tua siswapun memiliki keseragaman dalam berpikir tentang masa depan anaknya, berusaha memasukkan anak-anaknya ke perguruan tinggi terkenal untuk mendapatkan gelar dengan jangka waktu kuliah yang relatif sangat lama dan biaya kuliah yang sangat mahal, dan jikalau dapat anak-anaknya nanti menjadi seorang Pegawai Negeri dengan gaji besar.
Ternyata pemikiran bangga menjadi babu atau pembantu memang sudah mendarah mendaging dalam diri masyarakat indonesia.
Seorang Babu atau pembantu, selalu merasa senang jika mendapat hadiah dari majikannya. Apalagi jika hadiah yang diberikan bermerk internasional. Dan seorang pembantu juga selalu senang mengoleksi barang-barang bermerk luar negeri yang terkadang harganya tidak masuk diakal. Seperti hobinya para pembantu Presiden yang suka mengoleksi sepatu kulit, tas berlian dan mobil mewah. Jangan salah menilai seorang pembantu ya, seorang pembantu justru mempunyai rasa gengsi dan gaya hidup yang cukup tinggi.
Mayoritas masyarakat Indonesia lebih senang berpikir tentang hal yang menyenangkan tanpa diimbangi dengan kemampuan, lebih senang berpikir hal-hal yang mudah tanpa berpikir bagaimana menghadapi kesulitan. Mereka selalu berpacu dengan hal-hal yang menyenangkan, tetapi lupa bahwa untuk menggapai kebahagiaan dan kesenangan itu perlu kerja keras.
Orang di Indonesia kebanyakan selalu melihat hal yang kecil itu sepele. Sehingga mereka beranggapan jika sekolah atau kuliah di kampus yang besar itu akan menjamin sukses, padahal kenyataanya sangat ertolak belakang. Banyak lulusan Universitas inggi bergelar Sarjana yang sulit mendapatkan pekerjaan, karena tidak memiliki skill atau kemampuan dan tidak memiliki jiwa wirausaha.
Jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di dunia, jumlah entrepreneur atau wirausahawan di Indonesia masih rendah. Terbukti, dari 231,83 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 4,6 juta saja yang berwirausaha.“Jumlah itu masih cukup rendah atau jika diprosentasekan baru 2 persen dari total jumlah penduduk,” ujar Menteri Koperasi dan UKM Dr Syarief Hasan di Surabaya satu tahun yang lalu.
Ia menuturkan, persentase penduduk Singapura yang berwirausaha mencapai 7 persen, China dan Jepang mencapai 10 persen. Sedangkan yang tertinggi adalah Amerika Serikat sebesar 11,5-12 persen.“Entrepreneurship kita masih rendah. Untuk itu, tahun ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM akan mulai menggalakkan program pemberdayaan bagi pemuda, khususnya para sarjana yang belum bekerja untuk diberikan penyuluhan dan modal usaha,” katanya.
Ini adalah PR pemerintah, untuk mensejahterkan rakyatnya. Bukan dengan BLT tetapi dengan keahlian.
dengan memberikan Pendidikan murah, system pendidikan yang mengarah keprogram kemandirian, bukan system pendidikan yang mengaah kepada politik uang dan politik gelar.



Sumber : blogdetik.com

About La Ode Ali Farisi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply